MAHAKARYA KONTEMPORER PENDOBRAK PAKEM TRADISI
Arsitek masa kini, dalam mengekspresikan karya arsitekturnya cenderung
tampil beda tapi tanpa meninggalkan desain filosofisnya. Ornamen - ornamen arsitektural
ditampilkan beda namun tetap pada tempatnya. Seakan-akan mendobrak pakem-pakem
yang telah ada. Konsep desain yang mengarah pada arsitek masa kini adalah gaya
desain kontemporer. Pengertian gaya desain kontemporer itu sendiri merupakan gaya desain yang menunjukan
“kedewasaan” gaya desain masa sekarang. Ia tidak menampilkan kesan futuristik
apalagi mempertahankan ciri desain yang dibawa pada era sebelumnya. Kontemporer
pada dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau sedang banyak digunakan pada masa sekarang.
Kontemporer bersifat dinamis dan tidak terikat oleh suatu era. Desain yang kontemporer
menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan
menghasilkan suatu desain yang lebih segar dan berbeda. Produk arsitektur kontemporer sangat mewakili kekinian dalam gaya, langgam maupun
tren-tren globalisasi, seperti arsitektur ramah lingkungan. Produk-produk arsitektur kontemporer sangat mengedepankan penggunaan material dan teknologi,
serta geometri, yang merupakan tren di tahun-tahun terakhir ini. Dalam hal ini, diterapkan oleh salah satu arsitek Indonesia yang dapat
dilihat dari beberapa karyanya yang berupa masjid, yaitu Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil adalah seorang arsitek yang juga menjabat
sebagai Walikota Bandung periode 2013-2018. Menguasai pada bidang urban
arsitektur, yang desainnya kreatif dan berpikir idealis untuk
mencari dan menciptakan solusi mengenai masalah desain lingkungan dan perkotaan.
Perihal karyanya yang bergaya kontemporer, dapat dilihat dari bentuk
masjid-masjid yang telah beliau desain. Salah satunya adalah Masjid Al-Irsyad
Bandung. Tepatnya
berada di kawasan perumahan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung.
Masjid ini dibangun oleh
pengembang di kawasan Kota Baru Parahyangan yaitu PT Belaputra Intiland.
Pembangunan Masjid ini dimulai sejak tanggal 07 September 2009 hingga selesai
dan diresmikan pada 27 Agustus 2010. Dengan luas bangunan 1.696 meter persegi,
dan selasar 807 meter persegi, masjid ini mampu menampung 1.500 jamaah. Masjid ini sangat berbeda dengan masjid-masjid
lainnya. Nama masjid ini makin
populer dan dikenal luas oleh masyarakat, bahkan dunia, sebab beberapa bulan
setelah dibangun, masjid yang memiliki arsitektur memukau ini langsung menyabet
penghargaan bergengsi tingkat dunia. Sebut saja pada tahun 2010, National Frame Building Association memilih
Masjid Al-lrsyad sebagai salah satu dari lima besar “Building of The Year 2010″.
Lalu, masjid ini juga berhasil meraih penghargaan FuturArc Green Leadership
Award 2011 oleh Building Construction Information (BCI) Asia sebagai konsep
bangunan yang ramah lingkungan.
Fenomenal adalah kata yang tepat untuk
menggambarkan Masjid Al- Irsyad. Bentuk masjid sekilas hanya seperti
kubus besar laiknya bentuk bangunan Kabah di Arab Saudi. Dengan konsep ini, dari
luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dinding masjid. Bangunannya unik,
megah, dan kokoh. Jika biasanya masjid memiliki kubah, tidak demikian dengan
Masjid Al-Irsyad. Masjid ini didesain mirip Kabah. Bentuk masjid ini mengikuti
gaya kontemporer, dimana berupa bentuk geometri yaitu kubus/kotak. Bentuk kubus
yang simple ini juga sedang tren pada masa sekarang.Bangunan masjid yang
berbentuk kubus terlihat begitu bersahaja, walaupun bentuknya simpel. Menurut Ridwan Kamil, dalam berbagai media,
kubah hanya bagian dari identitas budaya, sehingga dia lebih memilih untuk
menampilkan identitas keislaman melalui kalimat syahadat raksasa. Kalimat ini
ditampilkannya melalui susunan bata pembentuk dinding masjid. Dilihat dari kejauhan, akan menghadirkan lafaz
Arab yang terbaca sebagai dua kalimat syahadat, Laailaha Ilallah Muhammad
Rasulullah, yang artinya Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah. Kekuatan fasad desain Masjid Al-Irsyad tampak pada embedding teks
kaligrafi Arab. Bentuk dua kalimat syahadat yang melekat pada tiga sisi bangunan dalam
bentuk susunan batu bata, memperlihatkan sebuah karya kaligrafi tiga dimensi
raksasa. Kalimat dua
syahadat ditampilkannya melalui susunan bata pembentuk dinding masjid. Batu bata disusun berbentuk lubang atau celah
di antara bata solid.
Selain untuk keindahan
fasad, celah diantara bata solid tersebut juga berfungsi sebagai pencahayaan
dan penghawaan. Di siang hari, cahaya alami matahari akan menembus ke dalam.
Cahaya tersebut terlihat seperti sebuah elemen digital yang membentuk dua
kalimat syahadat. Saat senja, semburat cahaya matahari merah keemasan akan
memasuki masjid tersebut. Sedangkan pada malam hari, cahaya dari dalam masjid
akan memancar keluar, membentuk kaligrafi dua kalimat syahadat yang berpendar. Kaligrafi ini merupakan
wujud dari kaligrafi cahaya yang menakjubkan. Celah
yang terdapat di sisi dinding menjadikan sirkulasi udara di masjid ini sangat
baik, sehingga pengunjung tidak merasa panas meskipun tidak terdapat AC atau
kipas angin di dalamnya. Hal tersebut tentunya berdasarkan konsep kontemporer
yang menghasilkan desain lebih segar dan ramah lingkungan.
Umat
Islam mengenal bangunan Kabah di Mekah, sebuah bangunan yang bentuknya seperti
kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah, yang merupakan bangunan
monumen suci bagi kaum umat Islam seluruh dunia. Kabah juga merupakan patokan
arah kiblat atau arah patokan saat melaksanakan ibadah shalat. Konsep tata
letak masjid Al-Irsyad ini mendapatkan inspirasi konsep Tawaf yang mengelilingi
Kabah. Karenanya lansekap dan ruang terbuka dirancang berbentuk garis-garis
melingkar mengelilingi masjid. Konsep desain bangunan masjid sendiri
menyimbolkan Kabah, yang merupakan bangunan paling suci bagi umat Islam. Bentuk
Kabah mendekati bentuk kubus sederhana. Karenanya, bentuk masjid ini pun
menghadirkan aura makna religi yang mendalam.
Menyesuaikan dengan bentuknya dan untuk memberikan
akses yang mudah bagi para jamaah, masjid ini menyediakan tiga buah pintu
utama. Masing-masing berada di sisi timur, utara dan selatan. Ketiga pintu
tersebut memiliki bentuk yang sama. Sebuah lorong yang menjorok ke halaman
hadir untuk memberikan kenyamanan lebih kepada para jamaahnya dari sengatan
matahari atau guyuran hujan. Beberapa bangku diletakkan di sana sebagai tempat
duduk untuk menunggu. Pada sisi utara terdapat
sebuah koridor minimalis yang menghubungkan pintu masuk masjid dengan ruang
wudlu, toilet dan kantor pengurus masjid. Sementara itu pada sisi barat atau
bagian kiblat terdapat bukaan yang lebar pada bagian tengahnya. Pada sisi barat daya,
dekat jalan masuk ke areal masjid, terdapat sebuah menara yang tingginya
sekitar 24 meter dan terbuat dari material atau bahan yang sama dengan bangunan
masjid.
Masuk ke ruang utama masjid, sejauh mata memandang terlihat
ruang kubus berkarpet merah hitam memanjang. Tidak terlihat detail ornamen
layaknya masjid pada umumnya. Di bagian atap terdapat 99 kotak persegi yang
merupakan lampu penerang. Uniknya, tepat di ujung setiap kotak terdapat guratan
yang membentuk satu asma Allah. Jika gelap mulai menyelimuti, sebuah keindahan
pun terhampar. Sembilan puluh sembilan kotak persegi itu akan memancarkan 99
Asma’ul Husna. Tulisan pada lampu-lampu itu
dapat dibaca secara jelas dimulai dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan
ke-99 pada sisi kiri bagian belakang masjid.
Cita rasa seni bangunan ini makin kental dengan
ditiadakannya dinding pembatas ke arah kiblat. Dari sana, membentang
pemandangan alam yang luar biasa indah yang dapat dinikmati pengunjung. “Inilah
ruang puitis yang saya harap bisa memberikan pengalaman berbeda kepada umat
yang tengah beribadah,” ucap Ridwan. Cita rasa menarik dari bangunan Masjid
ini terletak pada bentuk Mihrab di dalam bangunan. Konsep yang diangkat dalam
merancang bentuk Mihrabnya sendiri merupakan tempat menghadap Allah
dengan konsep Kebesaran Alam. Mihrab ini menghadap ke area terbuka, menghadap
gunung dan bukit Parahyangan. Kebesaran alam yang dilukiskan di area Mihrab ini
merupakan simbol agar sebagai manusia, hendaknya dapat selalu rendah hati
dengan melihat begitu megahnya kebesaran alam. Sehingga manusia juga akan dapat
bersyukur dan selalu berkomunikasi dengan Tuhannya. Untuk menghadirkan nuansa
sejuk dan alami dibuatlah kolam kecil di sana dengan sebuah batu berbentuk bola
berukuran besar yang berada di atasnya. Sedangkan pada pada bagian mimbar
Khatib, ditempatkan diatas air dengan diletakkan bola berukuran besar, dengan
tulisan kaligrafi Allah SWT. Ruang salat di masjid mampu
menampung sekitar 1.500 jamaah ini. Masjid ini tidak memiliki tiang atau pilar
di tengah untuk menopang atap, sehingga terasa begitu luas. Hanya empat sisi
dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya.
Tidak dapat dimungkiri, masjid ini adalah satu mahakarya seni bangunan
kontemporer yang mendobrak pakem-pakem tradisi bentuk masjid pada umumnya. Berbagai
penghargaan kelas dunia yang telah disematkan padanya membuktikan bahwa masjid
ini tidak dibangun untuk sekadar tampil beda. Jadi tidak heran masjid ini terkenal
sampai belahan dunia dan sang perancangpun berhasil membuat sebuah maha karya
besar bagi perkembangan seni arsitek di Indonesia
Komentar
Posting Komentar