Lingkungan
binaan atau lingkungan terbangun adalah suatu lingkungan yang
ditandai dominasi struktur buatan manusia. Sistem
lingkungan binaan bergantung pada asupan energi, sumberdaya, dan
rekayasa manusia untuk dapat bertahan.
Dalam perencanaan kota, instilah ini memberikan kesimpulan
bahwa sebagian besa lingkungan yang dipakai manusia adalah lingkungan buatan,
dan lingkungan buatan ini harus diatur agar dapat mempertahankan hidup
manusia dengan baik.
Berawal dari kesadaran bahwa bumi kita memiliki keterbatasan, maka
keharmonisan antara alam sekitar dengan manusia mutlak untuk dilakukan. Manusia
modern cenderung meninggalkan kearifan – kearifan lokal yang dianut oleh
masyarakat sebelumnya demi sebuah kemodernan yang pada hakikatnya justru
menjadi penyumbang terbesar dalam perusakan lingkungan. Pemanasan global
menjadi isu yang semakin sering kita dengar. Lalu, apa sebenarnya yang menjadi
penyumbang perusakan lingkungan kita? Keberadaan jumlah manusia yang terus
bertumbuh menjadikan rentetan masalah yang salah satunya adalah semakin
berkurangnya lahan untuk permukiman. Sehingga muncul permukiman- permukiman
kumuh, pemanfaatan lahan yang tidak seharusnya menjadi lahan permukiman,
seperti bantaran sungai, daerah pinggiran rel kereta api
atau kolong jembatan.
Selain itu juga konsumsi
yang berlebihan untuk kenyamanan tinggal seperti perangkat elektronik dan
sambungan telekomunikasi yang memerlukan energi berlebih. Terlebih lagi
penggunaan bahan – bahan yang tak terbarukan dalam pembangunan. Serta banyak
hal lain yang pada dasarnya bisa dihindari, namun tetap digunakan atas nama
modernisasi dan kenyamanan sepihak.
Selain itu, kepadatan
penduduk yang semakin meningkat juga mengakibatkan berkurangnya lahan hijau dan
area terbuka. Lahan yang semakin berkurang
mengakibatkan meningkatnya harga lahan. Hal ini mempengaruhi pola berpikir
manusia untuk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin untuk bangunan dibandingkan
dengan untuk penghijauan dengan alasan ekonomi. Selain itu adanya industri –
industri dan kegiatan transportasi menyumbangkan gas, cairan beracun dan
sampah. Unsur – unsur kimia dan biologi meningkatkan berbagai macam radiasi.
Dan semua itu pada akhirnya akan berpengaruh buruk pada kesehatan manusia.
Menghadapi pengaruh iklim global dan juga
iklim local di Indonesia,dengan pola pikir bahwa harus ada perubahan agar masa
yang akan datang tidak lebih buruk dari masa sekarang (sustainable life)
menajdikan lingkungan-lingkungan binaan seperti rumah,wilayah,kompleks,dll akan
menghasilkan dampak terhadap kenyamanan penghuninya.Terjadi cara pandang dalam
menyikapi perubahan iklim dalam lingkungan binaan.Contohnya pada saat suhu
semakin panas ,ada lingkungan binaan (dalam ahl ini unit kecil yaitu rumah)
yang beradaptasi dengan menggunakan AC dan ada yang menggunakan tanaman agar
dapat mendinginkan ruangan.Terjadi dua pendekatan untuk beradaptasi,namun
dampak yang dihasilkan ternyata lain.Bayangkan jika setiap rumah menghadapi
pemanasan global ini ditanggapi dengan “teknologi pendingin” dan satu lagi
dengan “Alamiah”.Dengan penggunaan AC , maka ruangan menjadi dingin,tetapi
membutuhkan energi yang berasal dari listrik dan pda sumbernya akan
menghasilkan gas-gas yang malah akan membuat bumi semakin panasa,dan AC pun
menghasilkan panas diluar ruangan tersebut.
Jika seluruh rumah melakukannya dapat
dibayangkan,udara diluar semakin panas,dan energi yang dihasilkan besar
sekali,tapi tidak seekstrem juga harus tanpa AC karena ada beberapa bangunan
dalam skala lebih besar yang memang memerlukannya.Penggunaan teknologi ini
harus diimbangi juga dengan beberapa upaya yang lebih baik agar iklim dan
lingkungan bersahabt dengan kita.Pada kasus ayng satunya ,jika kita menanam
pohon,banyak keuntungan yang didapat yaitu pohon mendinginkan ruangan dengan
bayangannya,daunnya tidak meradiasikan panas,dan kita mendapat O2 juga
bayangkan jika seluruh rumah memiliki banyak pohon akan berpengaruh dan
mengurangi CO2 sebagai gas pencipta pemanasan global.
Dari kasus llingkungan binaan dan kaitannya
dengan manusia,sudah ada perbedaan pendekatan yang sebenarnya berdampak ke
kehidupan yang akan datang.Di sini arsitek,akademisi,dan pihak-pihak lain
sebagai salah satu pemangku kepentingan pengembangan kota,dan merancang
lingkungan binaan adalah pihak yang berperan penting dalam memberikan jasa
konsultasi untuk pembangunan dan pengembangan lingkungan binaan. Arsitek
berperan penting dalam merancang bangunan untuk tempat tinggal, bekerja,
rekreasi dan lain-lain. Arsitek bertanggung jawab merancang bangunan agar layak
dihuni dan digunakan untuk kegiatan ekonomi dan sosial sehari-hari. Pada
dasarnya, setiap pembangunan pasti akan mengubah keseimbangan lingkungan alami
dan mengubahnya menjadi lingkungan binaan (built environment).
Dalam perancangan bangunan, arsitek didukung
oleh beberapa disiplin lainnya. Peran arsitek dan disiplin lainnya sangat
penting dalam merancang bangunan yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim
tersebut. Pengoperasian bangunan gedung bertingkat tinggi memerlukan energi
yang besar untuk penerangan dan pendinginan udara, sistem penyediaan air
bersih, pembuangan air dan sampah.Pengaruh perubahan iklim ini terhadap dunia
arsitektur juga ternyata berkaitan juga dengan pengaruh dunia arsitektur
terhadap perubahan iklim.Seperti kasus penggunaan AC dan pohon dimana
dipengaruhi iklim global tetapi juga pendekatan tersebut berpengaruh balik
kepada perubahan iklim global.Ada bangunan yang merespon dengan baik sehingga
akan menjadikan hasil yang lebih baik.Peran –peran arsitek pada perancangan
banguna-bangunan dan juga lingkungannya akan berpengaruh terhadap iklim
global.Sektor-sektor konstruksi,pembangunan pun berpengaruh terhadap perusakan
lingkungan ,dapat dilihat dari pengambilan material mulai dari hulu ke
hilir,secara terus menerus,mengurangi tanaman,yang akan menjadikan banyak
bencana dan bumi semakin panas.
Pengaruh Iklim terhadap arsitektur dan
pengaruh balik arsitektur terhadap perubahan iklim harus dilihat secara
bijaksana.Indonesia sebagai Negara beriklim tropis,dalam pembangunannya
seharusnya dapat memanfaatkan keuntungan iklim tropis di Indonesia,seperti
panas matahari yang menyinari setiap hari,adanya daerah-daerah yang sering
hujan,tanah yang bagus sehingga dapat ditumbuhi tanaman.Negara lain pun yang
beriklim subtropics,dll memiliki kelebihannya sendiri dan iklim-iklim ini erat
kaitannya dengan pembangunan diwilayah tersebut. Salah satu alasan mengapa
manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada
tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Karena cukup banyak
aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian
kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan.
Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang
tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasi diubah menjadi iklim dalam
(bangunan) yang lebih sesuai.Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar
yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak
seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali
gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada
di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang
yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan.
Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk
menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara benar
mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi iklim. Iklim luar
yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba
untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai.Arsitek di daerah
subtropis tentu berbeda dalam pendekatan perancangan terhadap bangunan
didaerahnya,dengan pendekatan dinding dua lapis,atap dapat datar,dll.Di
Indonesia,sudah ada ratusan tahun yang lalu rumah-rumah “tradisional” yang
terbukti sampai sekarang baik dalam hal beradaptasi terhadap iklim di Indonesia
dan juga perubahan Iklim.
Arsiteknya pada dahulu menggunakan
pendekatan “alamiah” dan sebenarnya pada saat sekaran pendekatan ini dapat
diterapkan.Dengan aturan-aturan hanya kayu apa yang digunakan, material bambu,
pengangkatan lantai dari tanah karena lembabnya tanah,pemasukan udara melalui
sela-sela dindin, dll. Berbeda sekali dengan konstruksi material yang menghabiskan
banyak energi dan pencariannya secara besar- besaran pada zaman sekarang ini.
Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim
setempat, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar
yang wajib dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Dengan
perbuahan iklim ini,dan juga pemanfaatan iklim di Indonesia, ada beberapa
arsitek yang menggunakan pendekatan seperti yang tadi dijelaskan diatas yaitu
memikirkan masa yang akan datang (sustainable).
Arsitek dalam merancang lingkungan binaan
salah satunya bangunan menyadari perubahan iklima dalah sesuatu yang
berpengaruh terhadap bangunan yang akan dibuatnya,dan juga manusia mengetahui
bahwa iklim sangat berpengaruh terhadap tempat yang ia tinggali. Banyak cara
untuk pendekatan terhadap perubahan iklim dan juga iklim setempat di berbagai
daerah.Contoh diatas dengan menggunakan Menciptakan iklim mikro (dalam dearah
tertentu) dengan menanam pohon pelindung dengan tajuk lebar akan mengurangi
suhu cukup signifikan dalam daerah yang terlindungi/teduh. Ruang terbuka
(hijau) juga penting, selain sebagai penyerap karbon, juga merupakan ruang
interaksi sosial bagi pengguna bangunan. Penghawaan dan pencahayaan alami dapat
mengurangi beban pengoperasian bangunan. Selain itu, penyinaran panas yang
berlebihan juga harus dihindari untuk mengurangi beban pendinginan udara.
Hal ini dapat dilakukan dengan merancang sirip-sirip atau kanopi di jendela-jendela bangunan.Air hujan yang terjadi di Indonesia dimanfaatkan secara baik untuk memenuhi kebutuhan air penghuni bangunan..Jika iklim mikro ini diterapkan disetiap rumah ,dapat dibayangkan bagaimana hasilnya. Indonesia, sebagai negara tropis, mendapatkan sinar matahari, sepanjang tahun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh perancang dengan memasang solar panel untuk menyimpan energi surya yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan energi bangunan Indonesia, dengan teknologi rendah dan harga yang terjangkau. Ada beberapa teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan seperti mikro hidro (untuk komunitas) dan tenaga angin (di daerah dengan kecepatan angin tertentu).
Hal ini dapat dilakukan dengan merancang sirip-sirip atau kanopi di jendela-jendela bangunan.Air hujan yang terjadi di Indonesia dimanfaatkan secara baik untuk memenuhi kebutuhan air penghuni bangunan..Jika iklim mikro ini diterapkan disetiap rumah ,dapat dibayangkan bagaimana hasilnya. Indonesia, sebagai negara tropis, mendapatkan sinar matahari, sepanjang tahun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh perancang dengan memasang solar panel untuk menyimpan energi surya yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan energi bangunan Indonesia, dengan teknologi rendah dan harga yang terjangkau. Ada beberapa teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan seperti mikro hidro (untuk komunitas) dan tenaga angin (di daerah dengan kecepatan angin tertentu).
Teknologi tidak selamanya menyumbang
terhadap pemanasan global,tetapi juga dengan penerapan teknologi yang baik dan
terencana ,akan menjadi sebuah lingkungan binaan yang baik dan
berkelanjutan.Lingkungan yang beradaptasi dengan pengaruh iklim local dan iklim
global dapat dimanfaatkan dengan baik,selain mengurangi dampak pemanasan global
juga member sumbangsih terhadap keberlanjutan lingkungan binaan tersebut.
Adaptasi dan pendekatan terhadap perubahan
iklim global dapat dilakukan dengan mengadopsi kearifan lokal dalam
perancangan.Pada zaman dahulu di Indonesia para perancang rumah –rumah yang
disebut “Arsitektur Tradisiona”l sudah menerapkan rancangan yang terbukti
bertahan dalam menghadapi iklim di Indonesia. Pada tahun 1980 an para arsitek
Indonesia bergelut dengan topik “Arsitektur Tropis” yang bertujuan memanfaatkan
sebesar mungkin keuntungan geografis Indonesia di daerah tropis guna mengurangi
pemakaian energi di dalam bangunan.Sekarang yang dibicarakan menjadi “Green
Architecture” ataupun “Sustainable Architecture” yang sebenarnya merupakan
penyempurnaan dari prinsip-prinsip dasar yang terbahas dalam “Arsitektur
Tropis” dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (yang baik) dalam pergerakan
arsitektur global.Protokol Kyoto,Climate exchange,Peringatan Hari
Bumi,merupakan perhatian nyata warga dunia terhadap perubahan iklim global yang
semakin terasa, dan bumi, sebagai tempat manusia tinggal dan beraktivitas sudah
semakin terdesak, dengan segala kerusakan yang manusia timbulkan dimuka bumi.
Arsitek dalam hal ini memiliki peran penting, dalam dunia arsitektur ,bangunan terbentuk umumnya menyesuaikan dengan iklim
dimana bangunan itu berada, bangunan berfungsi untuk manusia beraktivitas didalamnya
dan dapat menghadapi iklim global. Dalam menghadapi iklim seperti ini, tidak
hanya bangunan yang kuat merespon perubahan iklim tetapi juga memanfaatnkan dan
mejadikannya sebagai bangunan yang “sustainable”, memberi sumbangsih dengan
mengurangi efek pemanasan global dan juga berperan menjadikan bumi semakin baik
dan bersahabat dengan manusia.
Sumber :
http://cahyani-kehidupanku.blogspot.co.id/2013/03/arsitektur-sebagai-lingkungan-binaan.html
http://iwansbasri.blogspot.co.id/2010/07/sedikit-tentang-arsitektur-hijau.html
Sumber :
http://cahyani-kehidupanku.blogspot.co.id/2013/03/arsitektur-sebagai-lingkungan-binaan.html
http://iwansbasri.blogspot.co.id/2010/07/sedikit-tentang-arsitektur-hijau.html
Komentar
Posting Komentar