Setelah dikonservasi sejak
Mei 2015, PT Pembangunan Kota Tua Jakarta atau Jakarta Old Town
Revitalization Corporation (JOTRC) pada awal tahun ini, kini gedung bersejarah
di Jalan Jembatan Batu No 50, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat, itu
terlihat lebih kukuh bila dibandingkan dengan sebelumnya. Kini, gedung
berlantai tiga tersebut dicat putih, sehingga selain kukuh juga terlihat
cantik. Gedung OLVEH van 1879 difungsikan kembali sejak 17 Maret
2016. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti, ditandai dengan seminar bertopik penurunan permukaan tanah dan
kenaikan air laut.
Gedung OLVEH merupakan
bangunan peninggalan masa kolonial, bekas kantor perusahaan asuransi Belanda,
Onderlinge Verzekeringsmaatschappij van Eigen Hulp (OLVEH). Didirikan pada 1921
dan dirancang oleh firma arsitektur CP Schoemaker and Associates. Firma ini
dipimpin oleh dua bersaudara, Charles Prosper Wolff Schoemaker dan Richard
Leonard Arnold Schoemaker.
Bangunan OLVEH ini ternyata
telah dikategorikan sebagai Cagar Budaya, sesuai dengan pasal 43 UU RI nomor 11
tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yaitu (1) mewakilkan gaya kreatif di provinsi,
dibuktikan dengan arsitekturnya yang unik ramping Dan proportional; (2) Langka
jenisnya dan unik rancangannya, dibuktikan dengan keberadaannya yang hanya
satu-satunya di Jakarta.
Gedung OLVEH sebelum konservasi
Gedung OLVEH sesudah konservasi
Dalam upaya menkonservasi
OLVEH, arsitek Boy Bhirawa mengusung konsep Adaptive Reuse. Bila dijelaskan,
konsep tersebut bisa diartikan dengan memanfaatkan bangunan tua dengan fungsi
baru yang bisa mendatangkan manfaat dan keuntungan. Diharapkan, manfaat dan
keuntungan yang dimaksud dari segi ekonomi, budaya, dan sosial yang disesuaikan
dengan zaman sekarang, namun tetap memelihara keaslian bangunan itu.
Menurut rencana, Gedung OLVEH akan
difungsikan sebagai kantor dan workshop industri kreatif. Gedung tua tersebut
diharapkan bisa menjadi tempat berkumpulnya komunitas industri kreatif atau
bisa juga disewakan untuk kegiatan diskusi, pemutaran film, seni, desain, dan
aktivitas terkait.
Bagian menarik dan paling bersejarah dari
bangunan itu terletak di lantai 1. Lantainya hingga kini tetap menggunakan
marmer asli yang dipasang sejak awal gedung itu dibangun oleh arsitek CP Wolff
Schoemaker. Ketika gedung tersebut mulai difungsikan, lantai 1 dan 2 disewakan
kepada perusahaan swasta. Sementara itu, operasional OLVEH Van 1879 hanya
menempati lantai 3 atau yang paling atas.
Cat dindingnya kusam, terkelupas, bahkan
ditumbuhi lumut. Atap dan kubah menara bocor. Dinding sisi timur terkena
limpahan air hujan bangunan di sebelahnya yang berjarak sekitar 10 cm.
Sesuai proses konservasi, dinding bangunan
dirontokkan terlebih dahulu karena sudah rapuh. Walau tampaknya menempel,
sekali ketuk saja, biasanya dinding akan rontok.
Setelah bata telanjang, dilakukan studi
plester guna mencari campuran plester yang paling tepat, yang bisa menjiwai
bata. Agar bisa bernapas, lanjutnya, campurannya adalah pasir silika, kapur
yang dominan, dan sedikit sekali (15 persen) semen. Kapur bersifat mengikat.
Walau rapuh, tapi renggang, sehingga dinding bisa bernapas. Karena bisa
bernapas, umurnya lebih panjang karena kelembapan tidak terjebak di dalam.
Akan tetapi cerita jadi lain ketika dipraktikkan. Ternyata harga semen mahal
sekali. Akhirnya pendekatan estetis diambil, yakni dengan membiarkan
dinding telanjang.
Ruang Pameran
Saat
ini, gedung OLVEH dikelola oleh Sarasvati
Art Communication and Publication dengan komitmen mereka untuk
memperkenalkan dan mewartakan perkembangan seni dan budaya di Indonesia dalam
bentuk komunikasi dan publikasi.
Dan
pada tahun 2016 ini, Sarasvati Art Communication and Publication memperluas
ruang geraknya dengan mengelola sejumlah tempat di wilayah Kota Tua Jakarta
untuk digunakan sebagai tempat kegiatan
kesenian, desain, dan arsitektur, salah satunya gedung OVLEH ini. Gedung
ini bisa dimanfaatkan sebagai ruang pameran, ruang kerja non pameran,
pertemuan, diskusi, presentasi, pesta, hingga kelas kreatif untuk umum, dengan
cara memberikan proposal kepada pihak pengelola digedung tersebut.
Sumber :
https://womantalk.com/travel/articles/olveh-si-tua-yang-mencoba-beradaptasi-A2eQD
http://mediaindonesia.com/read/detail/41367-gedung-olveh-kini-memesona.html
https://hurahura.wordpress.com/2016/03/20/gedung-olveh-dan-cagar-budaya/
Komentar
Posting Komentar